Sajak Tanah Asal (untuk leluhur)

SAJAK TANAH ASAL 

Jumat 10 Djumadil Awal 1442 Hijriah
Aku melihat tompokan awan gemawan
bertasbih dengan tabahnya di tanah para Sultan
Bertafakkur seolah mencium aroma wangi Gambir
Sedang deru Tifa dan Rabana menyilang sunyi kota
Di saban sana tak henti-hentinya terdengar
sahutan Baikole se Salaibi

Aku masih disini
Dalam perenungan kata dan dogma lefo-lefo
Menggengam helaian sejarah yang lampau itu
Menyeruput kopi Dabe
Memeluk kabata para dotu-dotu
Sebelum pulang ke wajah Ibunda

Jum'at 10 Djumadil Awal 1442 Hijriah
Kulihat disana
Ombak memecah arus didepan Doro Kolano
Sedang Kie Matubu berdiri kokoh
Pulau Mare menampakkan senyumnya
Maitara menggenggam Jaga Ngara
Pulau panjang tegak terhampar
Filonga tak alpa memeluk putih pasirnya

Ee sio kona
Tidore ma kabasarang kian murung
Ngofa se dano sonyinga ua borero gosimo
budi se bahasa, adat se nakudi, cing se cingari,
mae se kalfino, suba se pakasaan
kini hilang diperkosa peradaban
Toma loa se banari hanya
menjelma slogan paka dada semata

Jum'at 10 Djumadil Awal 1442 Hijriah
Di hiruk pikuk hari-hari yang naas
Aku melihat orang-orang di tanahku
kian mencaci maki dan muka
lupa akan identitas pada diri
imingi hasrat kepentingan fanatisme basi
berdalih intrik politik yang cilaka
sebab terhasut janji para cukong setan..
Siooo kona..

Suba Jou
Seperti kisah Saidul Jehad Nuku Kaicil Paparangan
Yang demi koar cintanya pada negeri
ia memilih terasing untuk menyelamatkan diri
dari perseteruan istana
Bertolak dari Toloa ke Payahe
hingga Gamrange dan Papua
Ia susuri untuk mempertajam iman perjuangan
Agar kelak kembali ke pangkuan Limau Timore
menggetarkan istana, menuntun mereka
pada jalan yang benar
Orecelee... menumpas kekejian dari para kompeni dari benua biru itu dan Patra Alam yang pongah dalam iming tahta juga nafsu berkuasa

Jumat 10 Djumadil Awal 1442 Hijriah
Di Tidore ma barakati
Di kaki Kie Matubu
Tanahku kini dan nanti
Ku panahkan sajak ini
sebagai kobar api yang
memecah nalar dan budi
agar kelak tetap abadi
tak hilang dilahap peradaban
agar parenta borero gosimo
tetap bergemuruh di dada
hingga berabad nanti


Kota Tidore, Desember 2020.

J. Abdul Rahim

Komentar